PENCARIAN

31 Desember 2024

KEMUNKARAN KOLOSAL DALAM PERAYAAN TAHUN BARU MASEHI


Kita semakin mendekati penghujung tahun lama dan akan masuk ke awal tahun baru masehi. Pada momen tersebut, manusia di penjuru Indonesia bahkan di seluruh dunia beramai-ramai merayakannya. Tak ketinggalan juga sebagian besar dan kaum muslimin, baik remajanya maupun orang tuanya.

Sebagai seorang muslim, hendaknya kita tidak berkata dan berbuat melainkan dengan dasar ilmu. Sikap terbaik bagi kita adalah berilmu dahulu baru berkata atau berbuat. Maka itu, sebelum jauh melangkah mengikuti perayaan tahun baru masehi, hendaknya kita mengkaji terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan perayaan-perayaan seperti ini. Apakah Islam membolehkannya atau melarangnya. Sebab, bisa saja seseorang mengerjakan sesuatu yang belum ia ketahui ilmunya, dapat menyebabkan datangnya murka dan siksa Allah ta’ala. Kita memohon keselamatan dan ampunan dari Allah semata.

Berikut beberapa poin penting berkenaan dengan tema. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

HARI RAYA TAHUNAN UMAT ISLAM HANYA DUA

Perayaan Tahun Baru dan Fenomena Tasyabbuh

Usai sudah perayaan Natal. Hampir seluruh elemen masyarakat turut berpartisipasi menyukseskan ritual umat Kristiani ini.

Tak cukup dengan memberi ucapan selamat Natal, beberapa ormas Islam bahkan mengerahkan massanya dari kalangan ummat Islam untuk memberikan pengamanan di hari Natal tersebut. Padahal, sekadar memberi ucapan selamat Natal dan Tahun Baru saja para ulama telah sepakat tentang pengharamannya.

Tak ada orang waras yang ingin mengucapkan selamat kepada para koruptor, “Selamat atas korupsi besar-besaran Anda.” Atau ucapan, “Selamat Anda telah berzina,” “Selamat, Anda mabuk berat,” “Selamat, Anda telah membunuh kedua orang tua Anda.” Kita tak akan menghadiahkan ucapan selamat kepada pelaku maksiat atas dosa-dosa besar yang mereka kerjakan.

Namun tahukah Anda, bahwa dosa syirik, menyekutukan Allah dosanya jauh lebih besar? Menjadikan sembahan selain Allah, meyakini Allah itu tiga, menuduh Allah memiliki anak, dosanya jauh lebih besar, bahkan pelakunya adalah orang-orang kafir. Pantaskah kita menghadiahkan kepada mereka ucapan selamat atas kekafiran mereka?

Ucapan selamat, paling minimal menunjukkan keridaan kita terhadap akidah dan keyakinan mereka, meskipun kita tak terlibat langsung dalam ritual keagamaan mereka.  Sementara Allah telah mengharamkan untuk ridho terhadap kekufuran. Firman Allah, artinya:“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya.” (QS. Al-Zumar: 7).

Pembaca budiman, Allah tidak merihoi kekufuran bagi hamba-Nya, maka tak ada ucapan selamat bagi mereka yang kufur. Lantas apakah hal ini berarti Islam tak mengenal toleransi antar umat beragama?

Agama Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Bahkan tak ada agama di muka bumi ini yang terdepan mengusung toleransi selain Islam. Sejarah telah mencatat keluhuran budi pekerti kaum muslimin ketika berkuasa di suatu negeri.

PERAYAAN TAHUN BARU

Akhir tahun adalah momen yang paling ditunggu-tunggu penduduk bumi. Tak peduli tua atau muda, pria maupun wanita, agama apa pun ia, bahkan Islam sekalipun. Padahal jika diusut, peringatan tahun baru Miladiyah atau Masehi adalah puncak dari rangkaian hari raya penganut agama Kristen.

Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman tentang sifat-sifat 'ibadurrahman (artinya):

"Dan orang-orang yang tidak menjadi saksi az-zuur." (QS. Al Furqan: 72).

Kalangan ahli tafsir berkata bahwa yang dimaksud dengan az-zuur di sini adalah hari-hari besar atau perayaan-perayaan kaum musyrik dan kafir. Dan hari-hari besar merupakan perkara syar'i dan termasuk ibadah, maka tidak boleh dikerjakan kecuali ada dalil yang menunjukkannya.

Inilah umat Islam, sedikit demi sedikit namun pasti, terus mengekor kebiasaan orang-orang kafir dalam segala hal. Tak hanya budaya, bahkan ritual agama pun mereka contoh dan ikuti.

Inilah di antara mukjizat dari Rasulullah, ketika beliau bersabda,
“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan, “Wahai, Rasulullah! Apakah mereka yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah juga bersabda yang senada dengan hadits di atas dalam hadits yang dibawakan oleh  Abu Hurairah radhiallahu 'anhu,
“Tidak akan tegak hari kiamat sampai umatku mengambil jalan hidup umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.” Maka ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Siapa lagi dari manusia kalau bukan  mereka?” (HR. Al-Bukhari).

Imam Nawawi berkata, “Yang dimaksud dengan sejengkal, sehasta dan penyebutan lubang dhabb dalam hadits ini adalah untuk menggambarkan betapa semangatnya umat ini menyerupai umat terdahulu dalam penyelisihan dan maksiat, mencontoh mereka dalam segala sesuatu yang dilarang dan dicela oleh syariat.” (Syarah Shahih Muslim, 16/219).

Sebagian kaum muslimin setelah membaca hadits ini mungkin akan berkata, “Kalau begitu, tidak ada yang salah jika kita mengikuti orang-orang kafir, karena Rasulullah telah mengabarkan bahwa hal itu akan terjadi pada umatnya.”

Tentu saja sabda Rasulullah di atas bukan untuk memberikan pengesahan dan penetapan tentang bolehnya hal tersebut, namun justru yang beliau inginkan adalah memberi tahdzir (peringatan) dari mengikuti orang kafir dalam perkara kesesatan dan penyimpangan.

PERINTAH MENYELISIHI ORANG-ORANG KAFIR

Islam telah mensyariatkan kepada umatnya agar menyelisihi orang-orang kafir dan ahlul kitab dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam akidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang merupakan ciri khas mereka. Banyak hadits Nabi shallallohu alaihi wasallam yang menunjukkan hal tersebut. Terkadang beliau berkata, “Janganlah kalian menyerupai Yahudi dan Nashara,” “Selisihilah orang-orang musyrik,” “Selisihilah orang-orang Majusi,” sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih.

MENGAPA TASYABBUH TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR DILARANG?

1. Semua perbuatan orang kafir pada dasarnya dibangun di atas dasar kesesatan  (dhalalah) dan kerusakan (fasad). Adapun kebaikan yang mereka perbuat tidak akan memberi arti apa pun baginya di sisi Allah dan tidak diberi pahala sedikit pun.

2. Dengan bertasyabbuh terhadap orang kafir, seorang Muslim akan menjadi pengikut mereka, yang berarti dia telah menantang atau memusuhi Allah U dan Rasul-Nya.

3. Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan  yang diikuti yakni penyerupaan bentuk yang disertai kecenderungan hati, keinginan untuk menolong serta menyetujui semua perkataan dan perbuatannya.

4. Sebagian besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum kepada orang-orang kafir. Lalu dari sana timbullah rasa kagum terhadap agama, kebudayaan, pola pikir, tingkah laku, perangai dan semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya terhadap orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada as-Sunnah, melecehkan kebenaran serta petunjuk yang dibawa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam dan para as-Salaf ash-Shalih. Karena barang siapa yang menyerupai suatu kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridho dengan semua aktivitasnya serta kagum terhadap mereka.

5. Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir pada dasarnya akan menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri) dan kekalahan.

Sebagai umat Islam, sepantasnya kita merasa bangga dan mulia dengan ke-Islam-an dan ciri khas kita, serta tidak bertasyabbuh dan mengekor kepada ummat lain. Allah Azza wa Jalla berfirman (artinya):

“Kemuliaan  itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”(QS. Al-Munafiqun: 8).

Wallahu Waliyyul Mukminiin

09 Oktober 2024

MENGAPA ALLAH CIPTAKAN PERBEDAAN WARNA KULIT?



Jika anda ingin punya kulit putih seperti bule atau orang korea atau mungkin anda bertanya-tanya mengapa Allah menciptakan kulit anda tidak indah, maka bacalah artikel berikut:

Kita semua mengetahui bahwa warna kulit antara satu orang dengan orang lain bisa berbeda. Warna kulit orang Asia berbeda dengan Eropa, demikian pula dengan orang Afrika. Perbedaan ini merupakan takdir yang telah Allah tetapkan untuk manusia. Allah berfirman,

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berilmu.” (QS Ar-Ruum: 22)

Ayat tersebut dengan jelas memberikan informasi bahwa manusia memiliki perbedaan fisik, salah satunya dari sisi warna kulit yang begitu beragam. Namun sesungguhnya Allah menciptakan keadaan tersebut bukan tanpa sebab, melainkan padanya terkandung hikmah yang besar.

06 Oktober 2024

Kisah Tentang Nusyrah

 


Kisah Nyata:

Oleh Syaikh Abul Barra Usamah bin Yasin Al-Ma'ani 

Seorang saudari menghubungi saya dari salah satu wilayah di Kerajaan Arab Saudi, dan berkata: “Kisahku menyedihkan. Aku seorang wanita berusia tiga puluhan, dan aku memiliki seorang adik perempuan yang lebih muda beberapa tahun. Orang tuaku sangat menyayangi dan menghormati adikku, sehingga menimbulkan rasa iri dan dendam dalam hatiku. Aku terus memikirkannya sampai akhirnya aku melakukan hal yang jahat.  Aku, yang didorong oleh hawa nafsu, meminta bantuan seorang warga negara Islam untuk melakukan sihir agar aku terbebas dari rasa benci dan kebencian terhadap adikku.  

Aku menghubungi pria itu, dan dia meminta sejumlah besar uang, sekitar lima puluh ribu riyal Saudi.  Pria itu menerima uang tersebut, dan sejak saat itu aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi.  

Kondisi adikku mulai berubah. Dia menjadi menyendiri, tidak suka bergaul dengan orang lain, dan mulai layu, tertutup, serta mengasingkan diri. 

30 September 2024

MENGENAL LEBIH DALAM SYAIKH ABUL BARRA USAMAH BIN YASIN AL-MA'ANI



Abu Al-Barra` Usamah bin Yasin al-Ma’any, seorang penulis kitab Ensiklopedi Ruqyah berasal dari Yordania, menikah, dan dikaruniai 11 anak (5 putra dan 6 putri).

Ia lulus dari Universitas Yordania di Kerajaan Yordania, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, pada tahun 1977. Ia memiliki spesialisasi utama di bidang Akuntansi dan cabangnya di Pendidikan dan Psikologi/Ilmu Jiwa.

Pada 1979, ia pindah ke Arab Saudi yang menurutnya merupakan kepindahan yang menentukan dalam kehidupannya. Setelah melalui pengkajian dan penelitian untuk mengetahui kebenaran dan pembawaannya, ia menemukan bahwa manhaj as-salaf adalah salah satu manhaj yang paling dekat dalam menerapkan hukum-hukum syariat.

Ia yakin bahwa manhaj yang benar adalah yang berpegang teguh pada dalil naqli yang jelas tanpa harus berpegang pada madzhab. Ia membaca tulisan para ulama, misalnya Imam Malik rahimahullah yang berkata: “Semua orang (perkataannya) boleh diambil boleh juga ditolak, kecuali penghuni kuburan ini (Rasulullah ﷺ), juga perkataan Imam Syafi’i rahimahullah: “jika pendapatku ini bertentangan dengan sabda Rasulullah ﷺ, maka lemparkanlah ke dinding.”

26 September 2024

HUKUM UPAH DALAM RUQYAH

 


Oleh: Syaikh Abul Baro Usamah Bin Yasin Alma’ani Hafidzahullah, dlm kitab Ensiklopedi Ruqyah Jilid 1

Masalah: Apakah yang diberikan sebagai upah (ujrah) untuk ruqyah termasuk dalam kategori sewa menyewa (ijarah) atau hadiah (ju’alah)?

Dr. Fahd bin Dhuayaan As-Suhaimi, anggota fakultas di Universitas Islam Madinah, dalam karya ilmiahnya untuk meraih gelar magister mengatakan:

Saya katakan: Pemberian upah atas ruqyah bisa jadi termasuk kategori sewa menyewa (ijarah) dan bisa jadi termasuk hadiah (ju’alah).  Perinciannya sebagai berikut:

25 September 2024

KISAH RUQYAH KANGKER [2] COLON CANCER



oleh: Syaikh Abul Bara' Usamah Bin Yasin Al-Ma'ani 

Kisah ini terjadi ketika saya sedang merevisi buku di tahap akhir. Seorang yang terpercaya menceritakan kisah seorang pria yang menderita kanker usus. 

Para dokter memutuskan untuk melakukan operasi terakhir setelah beberapa kali operasi untuk mengangkat penyakit berbahaya ini. 

COCOKLOGI AL-QUR'AN DENGAN INJIL?

 


Allah mengutus RasulNya dan menurunkan Kitab-kitabNya sebagai petunjuk, pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira.

 Allah berfirman:

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۚ وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ (٢٤)

Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS Fathir: 24)

Peringatan itu ditujukan kepada orang-orang yang ingkar, dengan ancaman-ancaman neraka dan Adzab bagi mereka, sedangkan kabar gembira ditujukan untuk mereka yang beriman dan mengikuti petunjuk serta beramal sholih.

23 September 2024

KISAH RUQYAH KANGKER [1]



oleh: Syaikh Abul Bara' Usamah Bin Yasin Al-Ma'ani 

Kisah Nyata yang Menguatkan Bahwa Al-Qur'an adalah Penyembuh dan Rahmat:

(Hindun) adalah seorang anak perempuan Kuwait yang menderita salah satu jenis kanker paling parah di salah satu kakinya. 

Dia telah menjalani serangkaian pemeriksaan medis yang intensif di Pusat (Hussein Maki Jum'ah) untuk bedah kanker di Kuwait, serta menerima perawatan intensif di Pusat (Agleston) spesialis untuk pengobatan kanker di kota (Atlanta) di negara bagian Georgia, Amerika Serikat. 

Biaya perawatannya mencapai sekitar setengah juta dolar, ditambah dengan berbagai prosedur pemeriksaan dan diagnosis yang menghasilkan sejumlah file besar berisi laporan, dan lebih dari dua ratus lima puluh gambar hasil rontgen (sinar-x) yang mengkonfirmasi bahwa dia terkena penyakit tersebut.

12 September 2024

KISAH RUQYAH SYAIKH BIN BAZ RAHIMAHULLAH


Oleh: Syaikh Abul Bara' Usamah Bin Yasin Al-Ma'ani

Dalam Ensiklopedi Ruqyah Syariyyah Praktis Berdasarkan Alquran dan Sunnah ( نحو موسوعة شرعية في علم الرقى- تأصيل وتقعيد في ضوء الكتاب والسنة والأثر ) jilid 11 syaikh menuliskam kisah bahwa Syaikh Khalid Asy-Syayi’ hafizhahullah yang menghadiri dan menyaksikan langsung peristiwa ini mengatakan bahwa;


Suatu hari, datanglah seorang pemuda belia ke majlis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah, lalu ia meminta izin masuk. Saat ia hadir di majlis, ia membawa saudara perempuannya untuk diruqyah dengan ruqyah syar'iyyah oleh Syaikh Ibnu Baz

18 Agustus 2024

RUQYAH SYAR'IYYAH

 



Kalimat ruqyah mungkin tak asing lagi ditelinga kita. Bermacam-macam persepsi tentunya ada dibenak kita dalam menterjemahkan makna ruqyah itu sendiri. Dari kesyurupan,menghilangkan jin dalam tubuh, muntah-muntah, mantra/jampi-jampi, mengobati, melindungi diri dan lain-lainnya. Sehinggakan ruqyah ini juga menjadi alternatif masyarakat untuk pengobatan medis atau non medis. Banyaknya praktek ruqyah ditengah masyarakat yang mengatas namakan ruqyah syariah, namun dalam praktek sesungguhnya masih mencampuradukkan praktek perdukunan dan ilmu-ilmu tenaga dalam didalam pelaksanaannya. Tentunya ini membuat resah kaum muslimin yang sudah memahami syariat islam atau yang ingin menjemput kesembuhan dengan Thibbuun Nabawi melalui metode Ruqyah Syar'iah. Maka penting sekali kami menjelaskan difinisi Ruqyah Sya'iyyah yang sebenarnya dan ciri-cirinya sesuai Al Qur'an dan As Sunnah serta Qoul (perkataan) ulama-ulama terdahulu didalam kitab-kitab mereka sebagai berikut :

Definisi Ruqyah dan Kedudukannya Dalam Syari’at

12 Juni 2024

HILANG EMPATI, GEJALA GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK?

 


Apa Itu Gangguan Kepribadian Narsistik?

Gangguan kepribadian narsistik adalah salah satu gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa sangat penting dan harus dikagumi. Mereka juga hampir selalu merasa lebih baik ketimbang orang lain. Mayoritas pengidapnya selalu membanggakan pencapaiannya, padahal itu adalah hal yang biasa saja. Pengidap narsistik juga biasanya memiliki tingkat empati yang rendah kepada orang lain. Sebab, mereka menganggap punya kepentingan yang lebih tinggi dari orang lain. Namun, perasaan mereka cenderung mudah tersinggung dan bisa dengan mudah merasakan depresi saat mendapat kritikan.

 

Faktor Risiko Kepribadian Narsistik

Umumnya masalah kepribadian ini  muncul di usia awal dewasa serta pada remaja. Ada beberapa faktor yang memicunya, antara lain:

BACA JUGA

HUKUM MINTA RUQYAH DAN APAKAH RUQYAH MANDIRI LEBIH AFDHAL?

  Banyak bahasan yang perlu diketahui dalam perkara ruqyah Syar'iyyah. Terutama seorang praktisi Ruqyah Syar'iyyah sangat perlu unt...