Tulisan kali ini merupakan satu kisah lain dari beberapa kisah yang kami alami saat Safari Dakwah Thibbun Nabawi yang dilaksanan Asosiasi Ruqyah Syar'iyyah Indonesia (ARSYI) Kepulauan Riau dan Bait Thibb Nabawi (BTN) Nurusy Syifa Batam di Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam Kepulauan Riau Beberapa waktu yang lalu. dan semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat untuk kita.
Dia adalah seorang gadis kecil yang sebenarnya telah beranjak dewasa, namun keadaannya memaksanya untuk tetap seperti seorang anak-anak, bahkan seperti balita. Umurnya sudah 12 tahun, namun sejak usia 11 bulan, dia mengalami kelumpuhan. Dia tidak bisa berjalan, hanya bisa merangkak dan juga dia tidak bisa berbicara. Itulah keadaan yang selama 12 tahun harus dia hadapi.
Saat itu, keluarganya yang mengetahui ada pengobatan Thibbun Nabawi yang kami laksanakan di daerah mereka, dengan penuh pengharapan, dia pun dibawa untuk mengikuti teraphy Ruqyah Syar'iyyah di Masjid Jami' Al-Jannah. Pengobatan Ruqyah Syar'iyyah memang tidak hanya untuk penyakit non medis, tapi justru semua penyakit, baik medis maupun non medis. Karena Al-Qur'an juga Allah turunkan adalah sebagai penyembuh, sebagaimana Firman-Nya :
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Israa : 82).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Israa : 82).
Awalnya dia di tangani oleh salah seorang rekan saya yang juga bertugas sebagai terapis Ruqyah Syar'iyyah. Saat itu tim dibagi menjadi 3, ada yang bertugas memeriksa kesehatan, ada yang bertugas sebagai terapis bekam dan kami sebagai terapis Ruqyah Syar'iyyah. Saat itu saya sedang menangani beberapa orang warga yang juga mengikuti terapi Ruqyah Syar'iyyah.
Akhirnya setelah memberikan tazkiyah kepada pasien-pasien yang saya tangani, saya kemudian membantu menangani pasien gadis kecil tersebut. saat itu dia hanya menangis sambil mencoba meronta. Mungkin dia merasa takut melihat ondisi sekitarnya, atau merasa takut pada kami yang baru dia lihat. Saya mulai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an padanya. dia terus menangis dan meronta, bahkan sesekali dia mencoba merebut mushaf Al-Qur'an yang saya pegang.
Beberapa lama saya membacakan ayat-ayat Ruqyah kepadanya, dan reaksi yang dia tunjukkan hanya menangis dan meronta. akhirnya saya mencoba mengorek beberapa informasi tentang dia melalui keluarganya. Ternyata yang membawanya itu bukanlah orang tua kandungnya. mereka hanya paman dan bibinya. adapun orang tua kandungnya, Ibunya telah meninggal dunia saat melahirkan dia. Sedangkan ayahnya telah menikah lagi dan saat ini tinggal di Kota Batam. saya kemudian hanya memberi beberapa nasihat kepada keluarganya dan menyarankan agar dia dimandikan dengan air bekas wudhu Ayahnya, karena saya khawatir gangguan yang dia alami adalah karena 'ain dari kerinduan ayahnya.
Setelah itu saya berfikir, betapa sulit hidup yang harus dia hadapi. ujia yang harus dia alami dalam kondisinya yang seperti itu seharusnya menjadi motivasi bagi kita yang diberi nikmat kesehatan oleh Allah untuk senantiasa bersyukur. memang nikmat kesehatan ini begitu sering kita lalai untuk mensyukurinya. Rosulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi kita untuk selalu menjadi orang yang bersyukur.
Akhirnya setelah memberikan tazkiyah kepada pasien-pasien yang saya tangani, saya kemudian membantu menangani pasien gadis kecil tersebut. saat itu dia hanya menangis sambil mencoba meronta. Mungkin dia merasa takut melihat ondisi sekitarnya, atau merasa takut pada kami yang baru dia lihat. Saya mulai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an padanya. dia terus menangis dan meronta, bahkan sesekali dia mencoba merebut mushaf Al-Qur'an yang saya pegang.
Beberapa lama saya membacakan ayat-ayat Ruqyah kepadanya, dan reaksi yang dia tunjukkan hanya menangis dan meronta. akhirnya saya mencoba mengorek beberapa informasi tentang dia melalui keluarganya. Ternyata yang membawanya itu bukanlah orang tua kandungnya. mereka hanya paman dan bibinya. adapun orang tua kandungnya, Ibunya telah meninggal dunia saat melahirkan dia. Sedangkan ayahnya telah menikah lagi dan saat ini tinggal di Kota Batam. saya kemudian hanya memberi beberapa nasihat kepada keluarganya dan menyarankan agar dia dimandikan dengan air bekas wudhu Ayahnya, karena saya khawatir gangguan yang dia alami adalah karena 'ain dari kerinduan ayahnya.
Setelah itu saya berfikir, betapa sulit hidup yang harus dia hadapi. ujia yang harus dia alami dalam kondisinya yang seperti itu seharusnya menjadi motivasi bagi kita yang diberi nikmat kesehatan oleh Allah untuk senantiasa bersyukur. memang nikmat kesehatan ini begitu sering kita lalai untuk mensyukurinya. Rosulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi kita untuk selalu menjadi orang yang bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar