Di negeri kita tercinta ini, masih sering ditemukan segolongan orang yang percaya bahwa arwah leluhur bisa saja datang merasuki tubuh seseorang yang masih hidup. Lalu mereka mengabarkan berita-berita yang telah lalu, atau meminta kepada mereka, karena berkeyakinan arwah para leluhur itu dapat mendatangkan manfaat dan kemudharatan! Na’udzubillah min dzaalik.. Maha Suci Allah Rabb Semesta Alam, Yang Maha Berkuasa Atas Segala sesuatu. Dia lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Hanya kepada-Nyalah kita beribadah, dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.
Lalu, sebenarnya mungkinkah seorang yang sudah meninggal ruhnya bergentayangan di dunia, mengganggu manusia bahkan merasuki mereka? Ini tidak mungkin dan mustahil terjadi. Ketidak mungkinan ini dapat dilihat dari beberapa sisi:
1. Ruh manusia tak mungkin kembali ke dunia, apalagi bergentayangan.
Jika kita membaca dan merenungi hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan menelaah kitab-kitab yang telah dikarang para ulama, kita akan mengetahui bahwa kematian merupakan awal perjalanan panjang menuju surga atau neraka yang abadi. Ketika kita telah meninggal maka kita akan berada di alam lain, yaitu di alam kubur hingga datangnya hari kiamat. Apa yang terjadi di alam kubur?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan bahwa di alam kubur kelak, jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Jawaban dari pertanyaan itulah yang akan menentukan apakah kita akan mendapat siksa kubur atau sebaliknya dan menunggu datangnya hari kiamat.
Hal ini berdasarkan hadits berikut:
“..Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.
Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “Hamba-Ku telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.
Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.
Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. [Lihat Shahîhul Jâmi’ no: 1672]
Tidak disebutkan dalam Al Quran maupun hadits tentang ruh manusia bergentayangan di dunia dikarenakan kematiannya yang tidak wajar, apalagi sampai mampu memasuki tubuh manusia lain yang masih hidup. Sebaliknya, di Al-qur’an diberitakan bahwasanya orang yang telah meninggal itu ingin sekali dikembalikan ke dunia agar bisa beramal saleh, namun mereka tidak bisa.
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ .لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ .
“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan” (QS. Al-Mukminun: 99 – 100).
Ada pula keyakinan yang telah meluas di kalangan masyarakat umum bahwasanya selama 40 hari setelah wafat, maka ruhnya masih ada di sekitar rumah. Ini adalah keyakinan yang batil karena sama sekali tidak ada sumbernya dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ini adalah keyakinan yang tidak jelas darimana asalnya. Kita berlindung kepada Allah dari khurafat yang merusak akidah kita.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak pernah ditanya, benarkan ruh orang yang meninggal akan kembali ke keluarganya dan bisa melihat semua keadaan keluarganya selama 40 hari?
Jawaban beliau,
Seseorang setelah meninggal, dia menghilang dari kehidupan dunia ini, dan berpindah ke alam akhirat. Dan ruhnya tidak kembali ke keluarganya, dan tidak mengetahui semua keadaan keluarganya. Kabar yang menyebutkan bahwa ruh kembali ke keluarga selama 40 hari adalah khurafat, yang sama sekali tidak memiliki dalil. Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena dia tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau adzab. (Fatwa Islam, 13183).
Lalu, siapakah sebenarnya yang mengaku-ngaku manusia atau leluhur atau seseorang yang pernah hidup itu?
2. Allah memberitakan bahwa memang ada makhluk ciptaan-Nya, dan hanya merekalah satu-satunya yang mampu merasuk kedalam tubuh manusia yaitu setan (dari kalangan jin).
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)
“Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran orang terhadap fenomena kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa itu hanya murni penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam tubuh-tubuh manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.” (Tafsir a-Qurtubi, 3/355)
Dalam hadits disebutkan juga
Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).
Para ulama sepakat akan kemampuan jin untuk merasuki tubuh manusia. Diantaranya ada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Beliau berkata di dalam Majmu’ al Fataawaa, 24/276:
“Para ulama kaum muslimin tidak ada yang mengingkari masuknya jin kedalam tubuh orang yang kesurupan dan lainnya. Barangsiapa mengingkari hal itu dan mengkalim bahwa syariat mendustakan hal itu, maka dia telah berdusta atas nama syariat (agama). Tidak ada didalam dalil-dalil syar’i yang menafikkan hal itu.”
Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Hazm, Ibnu Hajar al-Asyqolani rahimahumullah– dan selainnya.
Semua dalil dan perkataan ulama diatas sepakat bahwa yang merasuki tubuh manusia adalah bangsa jin. Tidak ada dalil-dalil syar’i yang menyatakan ruh manusia yang telah wafat bisa merasuk di tubuh manusia yang masih hidup.
Iblis dan Tentaranya Akan Selalu Berusaha Melakukan Tipu Daya Terhadap Anak Adam
Selain dua faktor diatas, perlu kita ketahui satu hal yang tidak kalah pentingnya bahwa iblis dan bala tentaranya akan senantiasa berusaha menyesatkan anak adam hingga datangnya hari kiamat. Mereka telah bersumpah akan melakukannya sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah:
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Kemudian pasti aku akan mendatangi dari depan, dari belakang mereka dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf 17).
Ibnu ‘Abbas berkata tentang ayat diatas, “”kemudian pasti aku akan mendatangi dari depan..” yakni membuat mereka ragu tentang akhirat, “dari belakang mereka..” yakni aku rayu mereka dengan dunia, “dan dari sebelah kanan mereka” yakni aku buat remang-remang perkara agama mereka “dan dari sebelah kiri mereka..” yakni aku buat mereka tergiur dengan maksiat.”
Ibnu jarir berpendapat “Bahwa maksud dari makna ayat adalah seluruh jalan yang baik dan buruk; jalan yang baik mereka tutup, jalan yang buruk mereka hiasi untuk memikat manusia. “Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” yakni mentauhidkan-Mu dengan menggunakan segenap kekuatan dan segenap raga mereka, serta segala apa yang Allah anugerahkan berupa nikmat untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan mendekatkan diri pada-Nya”
Demikianlah hakikatnya. Iblis dan tentaranya senantiasa menyesatkan manusia, melakukan tipu daya dari segala arah agar rusak akidah kita.
Andaipun ada orang yang melihat sosok rupa orang yang telah meninggal, sejatinya itu adalah jin qorin, setan yang mendampingi setiap manusia selama hidupnya yang menampakkan diri dengan rupa jenazah.
——————————–—
Artikel WanitaSalihah.Com
Maraaji’:
1. Alam Jin Menurut Al-qur’an & Sunnah. Abdul Hakim bin Amir Abdat. Maktabah Muawiyah bin Abi Sufyan, Jakarta – Indonesia. 2012.
2. Pengobatan cara Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Kesurupan, Sihir, dan Gangguan Makhluk Halus (Judul Asli: Audhah al-Bayan fii Ilaaj al-Mass wa as-Sihr wa Idza’ al-Jan). Thal’at Bin Fu’ad Al-Hulwani. Penerbit: Daarul Haq. Jakarta.2006
3. Hikmah Kisah-kisah Dalam Al-Qur’an Jilid 1 (Judul Asli: Al-Mustafad min Qashash Al-Qur’an). Dr. Abdul Karim Zaidan. Penerbi: Darus Sunnah Press. Jakarta
4. Konsultasi Syari’ah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar