Pernikahan itu intinya adalah relasi atau hubungan antara suami istri. Suatu hubungan yang bukan hanya dibiarkan mengalir dengan sendirinya, tetapi juga harus dijaga alirannya agar tidak terjadi kebuntuan.
Disaat pasangan tak mampu mempertahankan maghligai rumah tangga, sering kita mendengarkan kata-kata klise sebagai simbol ketidak berdayaan dalam mempertahankan kebersamaan, diantaranya :
- sudah tidak ada lagi cinta dalam hubunganku, semua serasa hambar, tidak seperti diawal pernikahan.
- ini mimpi buruk dalam hidupku, mengapa sy memilih dia sebagai pendampingku, ahhh ini pelajaran berharga unt tidak terulang.
- saya memang kurang pertimbangan dulu waktu menikah.
- tidak ada jalan lain selain bercerai, inilah jalan terbaik yg terpaksa harus kulakukan
- bukan karena adanya orang ke-3 mengapa kami harus berpisah, namun kami tidak se visi lagi.
Dan ribuan lagi ungkapan pembelaan diri, namun ujung2nya adalah pisah. Ibarat bunga, ia telah layu setelah harum dan kesegarannya hilang.
Jika cinta itu diibaratkan seperti pohon, maka dengan mudahnya kita kemetik bunga2 nya yg harum semerbak sepanjang waktu bahkan buah2 nya yg segar dan bergizipun akan kita tuai.
Allah berfirman,
"Dan tanah yang baik, tanam2nya tumbuh subur dengan izin Tuhan, dan tanah yang buruk, tanam2nya tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda kebesaran Kami bagi orang-orang yang bersyukur" (QS. 7:58).
Tanah itulah maghligai rumah tangga yang diatasnya ditanam pohon cinta kita. Pilihlah dengan baik tanah yang subur, agar pohon cinta dapat tumbuh subur. Itulah mengapa sebelum menikah harus mencari pasangan terbaik, wanita yang sholehah atau laki2 yang shaleh, sebab itulah tanah yang paling subur lagi gembur. Jika pasangan yang didapatkan justru kebalikannya, maka sebagus apapun tanaman yang ditanam diatasnya maka akan tumbuh merana, sesengsara cinta yang ditanam diatas tanah gersang.
Jika cinta diibaratkan seperti pohon, maka pohon itu terdiri dari akar, batang dan daun. Jika ada pohon tanpa akar, jangan harap pohon itu bisa bertahan hidup, sebagus apapun tanahnya. Akar adalah ibarat pondasi awal yang akan dibangun apa saja diatasnya. Semakin kuat akar menahan beban, maka akan semakin baik pohon itu.
Akar dari pohon cinta, itulah tujuan dan motivasi dalam menikah. Jika tujuanya adalah untuk ibadah, motivasinya adalah Ridha Allah, serta paradigmanya adalah kebersamaan dalam ketaqwaan, maka akarnya akan kuat.
Batang dari pohon cinta adalah keterbukaan dan penerimaan. Kalau akar tak terlihat, maka bahagiaan pohon yang paling terlihat adalah batangnya. Sekuat apapun anda menutupi kekurangan maka pasti akan terlihat juga. Olehnya dalam rumah tangga, terbukalah dengan pasangan anda, dan terimalah kelebihan dan kekurangan tersebut, niscaya anda akan menua bersama.
Daun dari pohon cinta adalah sikap dan perilaku. Pohon itu akan mudah dikenal dari daunnya. Olehnya sangat mudah kita mengenali pasangan kita dari sikap dan perilakynya.
Cara untuk merawat pohon cinta adalah dengan menyiram, memupuk, penyiangan, dan pemangkasan. Berhati-hati pulalah dengan hama dan gulma yg selalu ingin menyerang pohon itu. Demikian pula penyakit yang siap menggerogoti pohon cinta itu. Kemampuan dalam memelihara, sangat diutamakan.
InsyaAllah, pembahasan rincinya akan dilanjutkan pd bag.3
Semoga bermanfaat
Ustadz Askaryaman, S.Pd., M.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar