PENCARIAN

05 November 2015

Larangan Berlomba-lomba Dalam Urusan Dunia

Allah ta’ala berfirman :
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir” [QS. Yunus : 24].

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا * الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” [QS. Al-Kahfi : 45-46].
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” [QS. Al-Hadiid : 20].
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah” [QS. Faathir : 5].
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: "Bunuhlah atau bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman” [QS. Al-Ankabuut : 64].
Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Auf radliyallaahu ‘anhu :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث أبا عبيدة بن الجراح إلى البحرين يأتي بجزيتها، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو صالح أهل البحرين وأمر عليهم العلاء بن الحضرمي، فقدم أبو عبيدة بمال من البحرين، فسمعت الأنصار بقدوم أبي عبيدة فوافت صلاة الصبح مع النبي صلى الله عليه وسلم، فلما صلى بهم الفجر انصرف، فتعرضوا له فتبسم رسول الله صلى الله عليه وسلم حين رآهم، وقال: (أظنكم قد سمعتم أن أبا عبيدة قد جاء بشيء). قالوا: أجل يا رسول الله، قال: (فأبشروا وأملوا ما يسركم، فوالله لا الفقر أخشى عليكم، ولكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا، كما بسطت على من كان قبلكم، فتنافسوها كما تنافسوها، وتهلككم كما أهلكتهم).
“Bahwasannya Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarraah ke Bahrain untuk mengambil harta jizyah; dan ketika itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Bahrain dengan mengangkat Al-‘Alaa’ bin Al-Hadlramiy sebagai gubernur di sana. Maka Abu ‘Ubaidah pun datang dengan membawa harta dari Bahrain. Orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah. Mereka pun mengerjakan shalat Shubuh bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ketika telah selesai shalat Shubuh, beliau berpaling. Mereka pun mendatangi beliau. Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersenyum saat melihat kedatangan mereka, dan bersabda : “Aku kira kalian telah mendengar Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu”. Mereka berkata : “Benar wahai Rasulullah”. Beliau bersabda : “Bergembiralah dan harapkanlah untuk memperoleh apa-apa yang menyenangkan kalian. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas diri kalian. Namun yang aku takutkan atas diri kalian adalah akan dibentangkannya dunia pada kalian, sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Maka kalian akan berlomba-lomba sebagaimana mereka dulu telah berlomba-lomba (untuk mendapatkannya). Lalu kalian akan binasa sebagaimana mereka dulu telah binasa”.[1]
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
أن النبي صلى الله عليه وسلم جلس ذات يوم على المنبر، وجلسنا حوله، فقال: (إني مما أخاف عليكم من بعدي ما يفتح عليكم من زهرة الدنيا وزينتها)
Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah duduk pada suatu hari di atas mimbar. Kami pun duduk di sekitar beliau. Maka beliau bersabda : “Sesungguhnya yang aku takutkan atas diri kalian setelahku adalah dibukakannya bunga (kemegahan) dunia dan perhiasannya kepada kalian”.[2]
Dan diriwayatkan juga dari Abu Sa’id Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إن الدنيا حلوة خضرة. وإن الله مستخلفكم فيها. فينظر كيف تعملون. فاتقوا الدنيا واتقوا النساء. فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء.
“Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Dan sesungguhnya Allah akan menyerahkannya kepada kalian dan melihat apa yang akan kalian lakukan. Maka, berhati-hatilah kalian pada dunia, dan berhati-hatilah juga pada para wanita ! Karena fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil datang dari para wanita”.[3]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ألا إن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالم أو متعلم
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula apa-apa yang ada di dalamnya. Kecuali dzikir kepada Allah, apa-apa yang mendekatkan diri kepada-Nya, orang yang mengajarkan ilmu, atau orang yang belajar ilmu”.[4]
Kandungan Bab :
1. Dunia itu cepat hilangnya, dan berpegang pada dunia adalah fatamorgana. Sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi yang tidak akan hilang atau habis.
2. Peringatan bagi siapa saja yang dibukakan dunia kepadanya dari buruknya akibat dan firnah yang ditimbulkannya. Maka janganlah ia merasa tenang dengan kemegahannya.
3. Berlomba-lomba dalam urusan duniaakan menyeret manusia kepada kerusakan agama dan dunia. Karena harta itu sangat menggiurkan hingga jiwa pun suka dan mencarinya. Ia merasa nikmat dengannya. Dan itu dapat memicu timbulnya permusuhan, pertumpahan darah, dan menyeret kepada kebinasaan.
4. Seorang mukmin tidaklah merasa tenang kepada harta dan tidak pula tenggelam di dalamnya. Karena harta itu tidaklah ada nilainya di sisi Allah meskipun hanya seperti sayap nyamuk. Oleh karena itu, seorang mukmin hidup di dunia seperti hidup di dalam penjara, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر
“Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi bagi orang kafir”.[5]
Ia merasa rindu dengan kampungnya yang pertama di surga yang abadi. Semoga Allah merahmati Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang mengatakan :
وحي على جنات عدن فإنها منازلك الأولى وفيها المخيم
ولكننا سبي العدو فهل ترى نعود إلى أوطاننا ونسلم
وأي اغتراب فوق غربتنا التي لها أضحت الأعداء فينا تحكم
وقد زعموا أن الغريب إذا نأى وشطت به أوطانه ليس ينعم
فمن أجل ذا لا ينعم العبد ساعة من العمر إلا بعد ما يتألم
“Marilah segera menuju jannah ‘Adn,
karena sesungguhnya adalah tempatmu pertama dan di dalamnya ada tempat tinggal
Akan tetapi kita tawanan musuh
apakah menurut pandanganmu kita bisa kembali ke kampung kita dengan selamat ?
Keterasingan siapa lagi yang lebih hebat dari keterasingan kita
yang mana musuh-musuh menguasai kita
Mereka mengira bahwasannya orang yang asing
adalah orang yang jauh dari tempat tinggalnya dan tidak merasa nikmat
Karena itulah seorang hamba tidaklah merasa nikmat walau sesaat dari umurnya
kecuali setelah ia merasakan sakit.[6]
5. Selayaknya kita menjadikan dunia sebagai tempat lintas menuju kampung akhirat, karena dunia ini akan binasa dan bukan kampung yang abadi. Tempat lintas bukan tempat menetap. Sungguh baik orang yang mengatakan :
إن لله عبادا فطنا طلقوا الدنيا وخافوا الفتنا
نظروا فيها فلما علموا أنها ليست لحي وطنا
جعلوها لجة واتخذوا صالح الأعمال فيها سفنا
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bijak
mereka meninggalkan dunia dan takut fitnah
Mereka melihat dan memperhatikannya, maka setelah mereka mengetahui
bahwa dunia bukanlah tempat tinggal untuk hidup
Maka mereka menjadikannya sebagai samudera
dan amal shalih sebagai bahteranya.
[selesai – dikutip oleh Abu Al-Jauzaa’ dengan beberapa perubahan dan penambahan dari Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah – edisi terjemah karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy, 3/416-421; Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet. 1/1427]


[1] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3158 dan Muslim no. 2961.
[2] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 1465 dan Muslim no. 1052.
[3] Diriwayatkan oleh Muslim no. 2742.
[4] Hadits shahih lighairihi; diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2322, Ibnu Majah no. 4112, Al-Baihaqi dalam Syu’abul-Iman no. 1708, dan Ibnu Abi ‘Aashim dalam Az-Zuhd no. 57. Dari jalur ‘Abdurrahman bin Tsaabit, ia berkata : “Aku mendengar ‘Atha’ bin Qurrah : Aku mendengat ‘Abdullah bin Hamzah berkata : Aku mendengar Abu Hurairah berkata : (lalu ia menyebutkan hadits tersebut)”. Saya (Asy-Syaikh Saliim Al-Hilaliy) katakan : “Sanadnya hasan”.
Hadits ini mempunyai penyerta dari jalur Wahib bin Al-Ward Al-‘Aabid dari ‘Atha’ bin Qurrah yang dikeluarklan oleh Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah no. 4028.
Dan hadits ini mempunyai beberapa penguat dari beberapa orang shahabat di antaranya Jaabir bin ‘Abdillah, Abu Darda’, Abu Sa’id, Ibnu Mas’ud, dan ‘Ali radliyallaahu ‘anhum.
[5] Hadits shahih; diriwayatkan oleh Muslim no. 2956, At-Tirmidzi no. 4113, Al-Haakim 4/315, Abu Ya’la no. 6465, Ibnu Hibban no. 676-677, Abu Nu’aim 6/350.
[6] Madaarijus-Saalikiin, hal. 3/200-201; Daarul-Kitaab Al-‘Arabiy, Cet. 2/1393 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA

KESURUPAN DALAM TINJAUAN AKIDAH ISLAM

  Oleh Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra, MA Para pembaca yang dirahmati Allâh Azza wa Jalla Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa menjadika...